Wajah Lelah Ibu Hamil

Wajah Lelah Ibu Hamil

Renungan, Wajah Lelah Ibu Hamil - Sejak dulu, saya selalu tidak tega kalau melihat ibu hamil. Apalagi ibu hamil yang kandungannya sudah besar dan harus berjalan pelan-pelan demi keseimbangan tubuh.
Demikian halnya ketika istri bolak balik hamil, dan saya ikut mengantarnya periksa kandungan. Melihat ibu-ibu hamil yang duduk menunggu antrian, rasanya wajah mereka seragam semua. Tampak lelah dan berat.

Pernah saya iseng-iseng tanya istri: rasanya gimana sih hamil? Dia jawab: enak. Sambil tangannya mengurut pinggang. Seolah jawaban sebenarnya ada pada pergerakan tangannya, bukan pada kata “enak” itu tadi.

Tapi punya istri hamil, juga membawa konsekuensi pada lelaki yang jadi suaminya. Menjadi suami siaga, itu sudah pasti. Hal lain yang juga harus diupayakan adalah menjadi suami sabar. Ibu hamil itu kadang jadi the other person. Aneh dan bikin galau.

Bisa kadang nangis tidak jelas, dan ketika ditanya hanya menjawab “gak papa”.
Bisa kadang marah-marah tak tentu arah, dan ketika didudukkan persoalannya dia sendiri kebingungan.

Bisa malam-malam hening menggoyang tubuh kita sekeras mungkin, hanya untuk minta segelas air putih yang biasanya dia ambil sendiri.

Ibu hamil jadi begitu manja dan sensitif.
Tapi air putih, pijitan, dan perhatian yang dia minta itu, belum sebanding dengan pengorbanan yang ia beri untuk kita. Saya tidak bisa membayangkan jika harus membawa perut besar kemana-mana tanpa bisa break sebentar saja. Pasti berat.

Tapi dia rela, dia ikhlas membawa anak kita kemana-mana. Bukan cuma dibawa, tapi kandungan itu dia jaga dan dia sayangi.

Belum sembuh benar sakitnya melahirkan, sudah harus merawat bayi.
Anak lahir, itu artinya kesibukan sebagai orangtua baru saja dimulai. Apalagi bagi keluarga baru, yang baru belajar menjadi orangtua.

Ini pengalaman saya pribadi. Pekan pertama punya bayi pertama, rasanya badan remuk redam, nglemprek seperti tak bertulang. Apalagi anak sulung saya punya kebiasaan buruk, suka begadang. Mulai tidur setelah menjelang subuh.

Saking lelahnya, saya dan istri pernah ketiduran sekitar jam 3 pagi. Ada maling nyongkel jendela, ambil tiga hape dan sejumlah uang. Untung Kaysar, yang pada waktu itu masih pakai popok, tidak ikutan digondol maling.

Awal-awal punya momongan, saya juga sering tidur pagi di mushola. Kebetulan pada waktu itu saya sedang mengikuti Diklat perencanaan tingkat dasar (pendidikan wajib bagi setiap pegawai baru di kantor saya). Begitu sampai di tempat diklat, saya tidak langsung masuk kelas, tapi menuju mushola, ambil sikap sempurna untuk tidur sambil pasang alarm. Pada waktu coffee break, baru masuk kelas. Alhamdulillah, tidur sejam sudah menambah energi.

Saya sudah membuktikan, punya bayi itu membahagiakan sekaligus melelahkan. Itulah kenapa, anak itu begitu bermakna. Jadi kalau sesekali istri hamil kita ini membuat “kesal”, mari ingat-ingat saja beberapa hal ini:
  1. Betapa dia sudah merelakan tubuhnya jadi mesin atas janin yang kelak akan menjadi anak kita. Bayangkan saja jika mesin itu harus kita bayar per hari, berapa biaya yang harus kita keluarkan? Tapi dia rela dan ikhlas. Jadi sangat wajar jika ia meminta perhatian lebih dari kita. Toh perhatian itu wujud kasih sayang dan ibadah yang bisa dengan mudah kita lakukan.
  2. Kalau istri jadi mudah marah dan tersinggung, sabar. Hormon ibu hamil seringkali tidak stabil. Dan lagi, emosi istri yang naik turun itu erat kaitannya dengan penderitaan yang dia rasakan. Coba saja kita dirundung mual dan muntah sepanjang hari, atau encok tak kenal waktu. Bisa-bisa kita jauh lebih sensitif daripada dia.
  3. Bantu istri sebanyak yang kita bisa. Coba lihat kakinya yang bengkak jika terlalu lama berdiri. Menopang tubuhnya saja dia berat. Masa iya kita yang orang sehat dan bugar tidak meringankan pekerjaannya.
  4. Jika istri punya keinginan (ngidam) meski kita sering merasa itu mengada-ada, sebisa mungkin turutilah. Mungkin yang dia inginkan bukan terwujudnya keinginan itu, tapi menguji sejauh mana kita memperhatikannya.
  5. Jangan pernah mengomentari perubahan bentuk tubuhnya. Orang hamil jadi gemuk itu wajar gan. Gemuknya juga sudah menyiksa dirinya, jangan kita tambahi dengan tuntutan “cepat diet ya setelah melahirkan..”
  6. Sering-sering puji istri. Sebenarnya kalau diperhatikan ibu hamil itu lebih ayu alami. Seperti ada aura berbeda yang terpancar dari wajahnya. Pujilah dia.
  7. Jangan menuntut macam-macam ketika malam tiba. Wajar jika gairahnya menurun. Coba kita kemana-mana bawa perut buncit yang dipakai gerak sedikit saja pinggang sudah mau putus. Kira-kira masih panas membara tidak?
  8. Jika ini adalah kehamilan ke-sekian, bantu ia meng-handle anak yang lain. Biarkan ia banyak menikmati waktu untuk beristirahat. Sebentar lagi jam istirahatnya begitu mahal gan. Biar ia menikmati dulu waktunya selagi bisa.
  9. Kurangi pekerjaan menjelang persalinan. Kalau bisa jangan bepergian keluar kota. Istri sebentar lagi akan bertaruh nyawa demi melahirkan anak kita. Yang paling dia butuhkan saat itu adalah keberadaan kita suaminya.
  10. Setelah anak kita lahir, jangan lupa ucapkan terimakasih padanya. Tanpa kerelaannya hamil dan melahirkan, kita tidak akan pernah dipanggil “ayah”.
Oya, ini yang terakhir. Jangan hanya fokus pada bayinya, tapi para suami juga harus tetap perhatian sama istri. Jangan jadi ayah pemalas, sediakan segala kemampuan utk membantu istri. Jangan sampai istri mengalami depresi paska melahirkan.

Mari sayangi istri hamil kita, dengan lebih dan jauh lebih besar dari sebelumnya.

Salam,
Didik Darmanto - ayah 2 anak.