Ajari anak Anda dicari uang, bukan mencari uang!
Kisah nyata #1
Dullah membeli kontrakan 40 kamar tanpa uang sepeser pun!
Saya pernah kedatangan tamu istimewa, sebut saja namanya Dullah, seorang teman yang sudah lama tidak bertemu. Sabtu pagi ketika saya sedang asik baca koran sambil ngopi, tiba-tiba Dullah yang sudah lama tidak ketemu datang tanpa memberi kabar sebelumnya.
"Lagi apa?" Sapanya dengan lantang. "Biasa, baca koran!" Saya bilang sambil menyambut kedatangannya. "Oh...berarti lu masih bego ya?" Tanya dia mengejutkan saya. "Gue lihat lu baca iklan-iklan properti! Itu bukan koran, itu tumpukan duit tahu!" Ungkapan Dullah membuat saya terkejut kedua kalinya.
"Nih gue kasih tau ya. Yang ini, yang ini, yang ini, semuanya duit, bukan koran!" Dullah menjelaskan sambil melingkari satu-persatu iklan properti yang memang lokasinya menarik. "Lu kerja udah berapa tahun? Punya properti berapa sepanjang lu kerja?"
Tiba-tiba dia bertanya lagi setengah menteror. Saya hanya terbengong-bengong mendengar ungkapan dan pertanyaan Dullah yang berubi-tubi tanpa menceritakan kabar dia selama tidak bertemu, begitu pun kabar keluarga saya, sepertinya buat dia tidak menarik hal-hal seperti itu untuk ditanya apalagi dibahas.
"Jangan tersinggung ya, gue datang ke sini karena gue bosen melihat elu bertahun-tahun kerja jadi karyawan. Gue yakin lu punya potensi besar jadi pengusaha. Makanya jauh-jauh gue datang ke sini supaya lu berubah!" Dia meneruskan pembicaraannya dengan berapi-api. "Tahun lalu, gue beli kontrakan di belakang Universitas Indonesia tanpa mengeluarkan uang sepeserpun!"
Kok bisa?
"Gue ngajar honorer di UI dan gue sudah lama tinggal di kampung belakang UI. Seringkali gue diminta menjadi imam shalat Magrib dan Isya di mesjid kampung itu karena menurut mereka bacaan quran gue pantas untuk jadi imam.
Satu hari, pa haji pemilik mesjid dan pemilik banyak kontrakan di kampung Kukusan itu menjual salah satu kontrakannya. Luas kontrakan itu seribu meter dan ada 40 kamar kontrakan di bangunan 2 lantai yang dijualnya itu. Pak haji mau menjual kontrakan itu 1,25 M. Ajaib, gue berdebar-debar mendengar Pak Haji mau menjual kontrakan itu, feeling gue kok gue bisa beli! Tapi dari mana duinya?"
Besok paginya tiba-tiba gue punya ide, gue samperin rumah Pak haji. "Pak haji, gimana kalo saya beli kontrakan Pak Haji 1,5m?" "Apa??? Lu gak salah?? Gue jual kontrakan itu 1,25m kenapa lo nawarnya 1,5m, gila apa??"
"Pak haji, saya nawar kontrakan itu 1,5m tapi uangnya 3 bulan lagi. Nah, kalau Pak Haji setuju sekarang kita ke notaris dulu mindahin nama Pak Haji itu ke saya biar saya bisa pinjem uang ke bank. Kira-kira 2 bulan selesai, tapi jelek-jeleknya saya minta waktu 3 bulan.
"Pak Haji setuju dengan ide saya. Kami berdua ke notaris untuk mengurus balik nama kontrakan itu." Kata Dullah. Setelah selesai teman saya ini buru-buru menghubungi beberapa orang temannya yang punya potensi pinjam uang ke bank lebih dari 1,5m dengan jaminan kontrakan itu. Singkat kata, temannya Dullah ada yang sanggup.
Dullah menjanjikan seandainya pinjaman itu berhasil disetujui bank, maka temannya yang meminjam dari bank itu akan mendapat imbalan 5 juta per bulan sampai cicilannya habis! Subhanallah, temannya Dullah berhasil meminjam dari bank 1,8M.
Sesuai dengan janji Dullah kepada pak haji, Dullah membeli kontrakan Pak Haji yang 40 kamar itu dengan nilai 1,5M. Kontrakan tersebut sebulan menghasilkan uang 40 juta, cicilan ke banknya cuma 27 juta. ditambah biaya operasional 4 juta dan janji membayar temannya yang ngurus ke bank 5 juta per bulan. Berarti Dullah mendapatkan kontrakan itu tanpa uang seperak pun, mendapat uang kelebihan pinjaman ke bank 300 juta dan per bulan masih menerima kelebihan dari uang kontrakan 4 juta!!